Rabu, 08 Oktober 2014

pendidikan dan pembelajaran informal



PEMBELAJARAN INFORMAL


1.      Perbedaan Pendidikan dan Pembelajaran
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Dan Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman.
Pada dasarnya, terdapat perbedaan antara mendidik dan mengajar. Mendidik lebih bersifat kegiatan berkerangka jangka menengah atau jangka panjang. Hasil pendidikan tidak dapat dilihat dalam waktu dekat atau secara instan. Pendidikan merupakan kegiatan integratif olah pikir, olah rasa, dan olah karsa yang bersinergi dengan perkembangan tingkat penalaran peserta didik. Sedangkan mengajar merupakan kegiatan teknis keseharian seperti seorang guru. Mengajar yang diikuti oleh kegiatan belajar-mengajar secara bersinergi sehingga materi yang disampaikan dapat meningkatkan wawasan keilmuwan, tumbuhnya keterampilan dan menghasilkan peru bahan sikap mental/kepribadian, sesuai dengan nilai-nilai absolute dan nilai-nilai nisbi yang berlaku di lingkungan masyarakat dan bangsa bagi anak didik adalah kegiatan mendidik.
Tidak seluruh pendidikan adalah pembelajaran, sebaliknya tidak semua pembelajaran adalah pendidikan. Perbedaan antara mendidik dan mengajar sangat tipis, secara sederhana dapat dikatakan mengajar yang baik adalah mendidik. Dengan kata lain mendidik dapat menggunakan proses mengajar sebagai sarana untuk mencapai hasil yang maksimal dalam mencapai tujuan pendidikan
Mendidik bobotnya adalah pembentukan sikap mental/kepribadian bagi anak didik, sedang mengajar bobotnya adalah penguasaan pengetahuan, keterampilan dan keahlian tertentu yang berlangsung bagi semua manusia pada semua usia. Contoh seorang guru matematika mengajarkan kepada anak pintar menghitung, tapi anak tersebut tidak penuh perhitungan dalam segala tindakannya, maka kegiatan guru tersebut baru sebatas mengajar belum mendidik. Jika hasil pengajaran dapat dilihat dalam waktu singkat atau paling lama tiga tahun, keluaran pendidikan tidak dapat dilihat sebagai satu hasil yang segmentatif. Hasil pendidikan tercermin dalam sikap, sifat, perilaku, tindakan, gaya menalar, gaya merespon, dan corak pengambilan keputusan peserta didik atas suatu perkara.
Mendidik (pedagogy) yang dikatakan oleh sebagian orang sebagai pranata yang dapat menjalankan tiga fungi sekaligus. Pertama, mempersiapkan generasi muda untuk untuk memegang peranan-peranan tertentu pada masa mendatang. Kedua, mentransfer pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup masyarakat dan peradaban. Butir kedua dan ketiga di atas memberikan pengertian bahwa mendidik bukan hanya transfer of knowledge tetapi juga transfer of value. Sementara mengajar hanya pada tataran transfer of knowledge.

2.      Pembelajaran Informal
Pada hakikatnya, pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Untungnya ada definisi pendidikan informal menurut Axin (1976) dan Soedomo (1989) yang menyatakan bahwa dalam pendidikan informal warga belajar tidak sengaja belajar dan pembelajar tidak sengaja untuk membantu warga belajar. Suprojanto (2007) memberikan contoh bahwa pendidikan informal terjadi dalam keluarga, melalui media massa, acara keagamaan, pertunjukan seni, hiburan, kampanye, partisipasi dalam organisasi, dan lain-lain.
Pendidikan informal adalah pendidikan dalam keluarga yang berlangsung sejak anak dilahirkan. Dalam keluarga yang memahami arti penting pendidikan keluarga, maka ia akan secara sadar mendidik anak-anaknya agar terbentuk kepribadian yang baik. Sedangkan dalam keluarga yang kurang mengerti arti penting pendidikan keluarga, maka perilakunya sehari-hari secara tidak sadar adalah pendidikan buat anak.
Pendidikan informal sama sekali tidak terorganisasi secara struktural, tidak terdapat penjenjangan kronologis, tidak mengenal adanya ijazah, waktu belajar sepanjang hayat, dan lebih merupakan hasil pengalaman individual mandiri dan pendidikannya tidak terjadi di dalam medan interaksi belajar mengajar buatan (Aini, Wirdatul. 2006).
Menurut DR. Philip H. Coombs, pendidikan in formal ialah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak seseorang lahir sampai meninggal. Contoh pendidikan informal: agama, budi pekerti, etika, sopan santun, moral, sosialisasi. Dan sebagai penyelenggara adalah keluarga dan lingkungan. Berikut adalah perbedaan pendidikan informal, formal, dan nonformal.
Pendidikan formal
Pendidikan non-formal
Pendidikan informal
·   Tempat pembelajaran di gedung sekolah.
·   Ada persyaratan khusus untuk menjadi peserta didik.
·   Kurikulumnya jelas.
·   Materi pembelajaran bersifat akademis.
·   Proses pendidikannya memakan waktu yang lama
·   Ada ujian formal
·   Penyelenggara pendidikan adalah pemerintah atau swasta.
·   Tenaga pengajar memiliki klasifikasi tertentu.
·   Diselenggarakan dengan administrasi yang seragam
·   Tempat pembelajarannya bisa di luar gedung
·   Kadang tidak ada persyaratan khusus.
·   Umumnya tidak memiliki jenjang yang jelas.
·   Adanya program tertentu yang khusus hendak ditangani.
·   Bersifat praktis dan khusus.
·   Pendidikannya berlangsung singkat
·   Terkadang ada ujian
·   Dapat dilakukan oleh pemerintah atau swasta
·  Tempat pembelajaran bisa di mana saja.
·  Tidak ada persyaratan
·  Tidak berjenjang
·  Tidak ada program yang direncanakan secara formal
·  Tidak ada materi tertentu yang harus tersaji secara formal.
·  Tidak ada ujian.
·  Tidak ada lembaga sebagai penyelenggara.
  
a.      Ciri-ciri pemeblajaran informal
1)      Pendidikan berlangsung terus-menerus tanpa mengenal tempat dan waktu.
2)      Guru adalah orang tua.
3)      Tidak adanya manajemen yang jelas.

b.      Proses pembelajaran dalam keluarga yang berfungsi bagi perkembangan anak
1)      Proses pemebelajarn tidak terikat oleh waktu dan tempat. Artinya, proses pemebelajaran yang dilakukan dalam pemebelajaran informal tidak menentukan kapan dan di mana proses belajar itu.
2)      Proses pembelajaran dapat berlangsung tanpa adanya guru dan murid, atau sebaliknya, proses belajar sosial atau sosialisasi berlangsung antara anggota yang satu dengan anggota yang lain, tanpa ditentukan siapa yang menjadi guru dan siapa yang menjadi murid. Namun demikian, proses belajar sosial atau sosialisasi akan dilakukan oleh
orang tua, saudara, dan kerabat dekatnya. Dengan demikian, pemebelajaran ini sifatnya alami sesuai dengan kondisi apa adanya.
3)      Proses pemebelajaran dapat berlangsung tanpa adanya jenjang dan kelanjutan studi, proses pemebelajaran dalam pendidikan informal tidak adanya jenjang yang menentukan untuk dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Karena sifatnya yang informal itulah, maka hasil dari proses pemebelajaran dalam keluarga dapat terlihat dari kualitas diri atau kepribadian anggota keluarga dalam kehidupan sehari-hari.
4)      Proses dapat berlangsung antar-anggota keluarga, proses pendidikan ini berlangsung dari orang tua, saudara, paman, bibi atau kerabat terdekat dalam keluarga. Dengan demikian, tidak mengenal persyaratan usia, fisik, mental, tidak ada kurikulum, jadwal,
metodologi, dan evaluasi. 
Di dalam lingkungan informal, seseorang secara sadar atau tidak, disengaja atau tidak, direncanakan atau tidak, memperoleh sejumlah pengalaman yang berharga, sejak lahir hingga akhir hayatnya. Lembaga keluarga merupakan lembaga terkecil yang pertama kali dialami oleh seorang individu, yang dapat mengajarkan berbagai peran dan nilai-nilai sosial. Dalam proses sosialisasi, keluarga memiliki peranan penting, terutama dalam memperkenalkan tentang hal hal-berikut ini.
a)      Penguasaan Diri
Masyarakat menuntut adanya penguasaan dan penyelarasan diri dengan segala norma dan aturan yang ada terhadap anggotaanggotanya. Peranan orang tua dalam melatih anak-anaknya untuk menguasai diri dapat dilakukan dengan pelatihan bagaimana cara memelihara dan menjaga kebersihan dirinya. Penguasaan diri ini berkembang, dari yang bersifat fisik sampai emosional. Anak harus belajar menahan kemarahannya terhadap orang tua atau saudarasaudaranya. Penguasaan diri sangat penting artinya bagi kestabilan kejiwaan anak dalam pergaulan sehari-hari. Tanpa memiliki kemampuan untuk menguasai diri, maka kejiwaan anak tidak akan stabil, dan mengganggu proses perkembangannya.
b)      Nilai-Nilai
Penanaman nilai-nilai dapat dilakukan bersamaan dengan pelatihan penguasaan diri, bagaimana anak dapat meminjamkan alat permainannya kepada temannya, dan juga kepadanya diajarkan kerjasama. Sebagai contoh, sambil mengajarkan anak menguasai diri agar tidak bermain-main sebelum mengerjakan pekerjaan rumahnya, kepadanya diajarkan nilai sukses dalam pekerjaan. Nilai-nilai demikian sangat besar fungsinya bagi proses internalisasi kebiasaan baik pada anak.
c)      Peranan-Peranan Sosial
Pengenalan dan belajar tentang peran-peran sosial dapat terjadi melalui interaksi dalam keluarga. Setelah dalam diri anak tertanam pengusaan diri, dan nilai-nilai sosial yang dapat membedakan dirinya dengan orang lain, ia mulai mempelajari peran-peran sosial yang sesuai dengan gambaran dirinya. Ia mempelajari peranannya sebagai anak, sebagai saudara (kakak/adik), sebagai laki-laki atau perempuan.
Dengan mengenal perannya, baik dalam keluarga maupun lingkungan masyarakat, maka anak akan dapat berperan dengan baik sesuai dengan fungsinya dalam peranan tersebut. Pendidikan informal merupakan pendidikan yang berlangsung dalam keluarga sejak anak dilahirkan, dimana seseorang secara sadar atau tidak, disengaja atau tidak, direncanakan atau tidak, memperoleh sejumlah pengalaman yang berharga, sejak lahir hingga akhir hayatnya.
Selanjutnya,  pembelajaran informal juga berkonsep alam. Pelajarannya pun tidak teks book melainkan sebuah ketrampilan-ketrampilan yang dibekali dari tentor yang sudah mahir dengan alam. Selain ketrampilan yang diajarkan juga tedapat pendidikan yang bersifat etika dan tata krama guna memndidik para siswa agar dapat bersopan santun terhadap masyarakat disekelilingnya. Kemudian, pendidikan informal yang lainnya terkadang tidak kita sadari, tapi sebenarnya pendidikan informal kita dapatkan setiap saat. Misalkan pendidikan keluarga, tentunya kita semua punya keluarga dan disetiap keluarga pasti kita pernah dapat suatu nasehat dari orang tua kita atau dari sanak keluarga kita yang lain.
Hal itu lah yang juga bisa dimasukan dalam pendidikan informal. Pendidikan keluarga, sangat lah penting bagi kehidupan bermasyarakat. Dikarenakan sebelum seseorang terjun ke dalam kehidupan bermasyarakat, seseorang terlebih dahulu pasti dapat pendidikan keluarga dan jika di dalam keluarga kita dapat pendidikan yang baik dan terarah seperti pendidikan mengenai akhlaq, etika, cara bertutur kata dan pendidikan yang lainnya yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap kebiasaan.
Jika seseorang sudah terbiasa melakukan sesuatunya dengan terbiasa, masa dia akan selalu melakukan sesuatu hal juga dengan seperti apa yang dia biasa lakukan. Atas dasar itu lah pendidikan keluarga sangat diperlukan. Karena jika seseorang telah sukses di dalam keluarganya, bukan tidak mungkin jika seseorang terjun ke dunia masyarakat yang lebih luas dari keluarga, maka masyarakat tersebut akan baik pula tergantung bagaimana keluarga mendidiknya.
Itu lah pelajaran mengenai pendidikan formal dan informal, yang kedua-duanya sebenarnya saling melengkapi dan dapat saling bermanfaat. Kata kunci yang paling penting adalah pendidikan sangat lah diperlukan bagi seseorang agar seseorang dapat berperilaku baik, cerdas, beretika baik di kehidupan bermasyarakat. Jika semua orang di sebuah lingkungan masyarakat memiliki pendidikan yang baik, maka bisa dipastikan di lingkungan tersebut masyarakatnya bisa tentram, damai dan nyaman hanya karena satu hal yaitu pendidikan.
Hal ini harus perlu dibina dan diterapkan disetiap keluarga, karena keluarga merupakan unsur terkecil dalam sebuah masyarakat. Dari hal kecil ini lah pendidikan bisa tumbuh perkembang menjadi besar. Jika dari hal kecil ini bisa dibina dengan baik, maka hal kecil yang tumbuh menjadi besar dapat menjadi baik bula. Tergantung dari bibit yang kita tanam dari awal.
 
c.       Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Informal
Dari uarain di atas, dapat di simpulkan bahwa kelemahan pemebelajaran informal adalah kurangnya pembelajaran yang bersifat ilmu penegtahuan  seperti yang diajarkan dalam lingkungan pendidikan formal di sekolah-sekolah. Sedangkan kelebihan pemebelajaran informal adalah sebagai dasar pemdidikan yang berasal dari keluarga yang membentuk pribadi, sikap, budi pekerti anak didik. Dari dasar inilah manusia dapat tumbuh besar dan menyesuaikan dengan lingkungan.
Sumber:
http://sitiativa.wordpress.com/2012/09/09/pendidikan-informal/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar